Tuesday, July 12, 2011

A year with SMANSA

Setahun rasanya terlalu cepat untuk aku berada di SMANSA. Sebuah lingkungan kecil yang penuh dengan suka dan duka. Pada awal aku memasuki lingkungan kecil ini, aku hanya merasakan banyak duka dan sedikit suka. Memang, masih terngiang-ngiang di kepalaku tentang MOPDB/MOS. Tentang para CO-PJ, CO-CO-PJ, PJ, hingga POSKO. Mereka memberikan kesan tersendiri bagiku di SMANSA. Tentang nama angkatan mulai dari Perisai Kesatria, Benteng Batu, hingga kami Meriam Baja. Mungkin hanya anak-anak SMANSA yang mengerti apa itu. Ini bukan rasis, hanya menceritakan 'unik'-nya SMANSA.

Aku merasa sedang berada di dunia yang berbeda ketika berada di SMANSA. Mungkin ini duniaku yang baru. Dunia organisasi, dunia santai tapi serius, dunia loyalitas, dan dunia mempertahankan hidup sendiri.

Di mulai dari X6. Kelas pertama yang cukup banyak memberikan kesan berharga untukku. Bisa dibilang, aku mengenal baik seluruh teman-temanku di kelas ini. Yaa, mungkin ada beberapa orang yang jarang sekali berbicara denganku, tapi itu pun dapat di hitung dengan jari. Hanya X6 satu-satunya kelas yang tidak ada CCTV. Dengan kata lain, tidak pernah ada yang memperhatikan kita ketika kita bermain game di komputer, tiduran di lantai, atau ketika kita melakukan kegiatan bodoh lainnya. Meskipun kami tidak sekompak itu, tapi kami tetap berusaha untuk menjadikan X6 yang terbaik di hati kami masing-masing. Dengan wali kelas yang kelewat gaul, dengan keadaan spidol yang selalu kosong, dengan keadaan proyektor yang berwarna ungu, dengan loker Sigit yang jebol karena ia tarik-tarik sendiri untuk mengambil baju olahraganya di dalam, dengan satu piala dan satu piagam, dengan madingnya yang kecil terletak di dekat pintu, dengan pintunya yang bisa di jebol, dan tentunya dengan semua teman yang begitu baik hati dan menyenangkan.

Lalu eASY. Apa yang harus aku katakan tentang eASY? Sebuah semi-organisasi ektrakulikuler Bahasa Inggris yang mengajariku banyak hal. eASY memberiku teman, memberiku pengajaran tentang sebuah loyalitas, dan prioritas. Aku belajar untuk benar-benar 'sendiri' membuat sebuah acara. Tanpa bantuan guru. Guru tentu membantu, tapi itu paling hanya sekedar penyetujuan proposal, dan penyediaan sarana prasarana. Aku dan teman-teman di eASY, berusaha sekuat tenaga kami untuk membuat acara yang benar-benar dapat berlangsung dengan baik. eASY membawaku ke UI. Meskipun hanya datang ke Fakultas Hukum-nya, mengikuti lomba ALSA e-COMP, tapi itu sudah berarti banyak untukku. Dari eASY, aku mengenal beberapa kakak kelas. Berbeda sekali dengan diriku yang dulu. Ketika SMP, hanya satu-dua kakak kelas yang aku tahu. Sekarang, aku bisa mengetahui lumayan banyak, bahkan yang dua tahun lebih tua dariku.

PERSIK. Persekutuan Siswa/i Kristen SMANSA. PERSIK juga memberiku banyak hal. Teman seiman, dan segudang kesenangan. Meskipun tidak terlalu memakan banyak waktu dan tenaga, tapi terkadang aku masih suka mengabaikan kegiatan-kegiatan PERSIK. Itulah mengapa aku merasa berdosa sekali (hahaha). Mungkin tahun ini tahun yang tepat untuk memperbaiki semuanya.

Hanya satu yang membuatku merasa ciut di SMANSA. Aku takut menghadapi regenerasi! Percaya atau tidak, regenerasi lebih menyeramkan dari sekedar MOS. Regenerasi akan membawamu ke alumni yang jauh lebih menyeramkan dari POSKO di SMANSA. Itu mungkin sebabnya mengapa aku tidak ingin mengikuti OSIS yang benar-benar organisasi. Bahkan saat ini, memikirkan regenerasi eASY saja, aku sudah mulai kehilangan kendali.

Tapi terlepas dari itu semua, SMANSA menggoreskan cerita sendiri dalam kehidupanku. Mungkin ini sebabnya mereka menyebutnya sekolah favorit. Terkadang, aku lelah berada di SMANSA, aku di tuntut harus menyeimbangkan antara pelajaran dan ekskul, dan menurutku itu susah. Tapi itu tidak menjadi satu hal yang kuat untukku meninggalkan SMANSA dan beralih ke yang lain. SMANSA memberiku tawa, memberiku tangis, memberiku teman, dan memberiku pengalaman berharga :)

FM